Minggu, 10 Februari 2013

Analisis Puisi "CATETAN TH. 1946"



CATETAN TH. 1946


1      
Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,

2      
Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut,
I
3      
Dan suara yang kucintai kan berhenti membelai

4      
Ku pahat batu nisan sendiri dan kupagut

5      
Kita – anjing diburu – hanya melihat sebagian sandiwara

6
                                                                              sekarang

7
Tidak tahu Romeo & Yuliet berpeluk di kubur atau di ranjang
II
8
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu

9
Keduanya harus dicatat, keduanya dapat tempat

10
Dan kita nanti tiada lagi, sawan diburu

11
Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu
III
12
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat,

13
Karena itu jangan mengerdip, tetap dan penamu asah,

14
Tulis karena kertas gerdang, tenggorakan kering sedikit demi sedikit mau

15
                                                                                                            basah!











Parafrasa

Si aku menyadari bahwa ada saatnya tangannya dan tubuhnya tidak berdaya, lemas dan tidak dapat melakukan apa- apa, seperti orang mati. Pandangan si aku juga sudah tidak jelas seperti dulu lagi. Bahkan orang- orang yang disayanginya pun pergi meninggalkannya sendiri. Karena semua orang sudah pergi, ia hidup sendiri. Sampai si aku harus memahat batu nisannya sendiri dan mengubur jasadnya bila si aku mati karena tidak ada orang lain yang akan melakukan itu semua kepadanya saat si aku mati nanti. Dan si aku akan terus hidup dalam ketakutannya, ia juga melihat dan menganggap kehidupan yang dijalani hanyalah seperti sebuah sandiwara. Hidupnya juga penuh dengan ketidak pastian.
Diibaratkan seperti saat berperang, muncul tokoh yang menjadi pahlawan dan membunuh lawan- lawannya. Dan semuanya itu harus dikenang dan harus ada tempat di hati si aku. Sehingga hidup si aku tidak lagi dalam ketakutan. Saat peperangan itu usai, si aku tidak akan begitu saja melupakan peristiwa itu, ia akan selalu ingat kenangan pahit itu.
Harus mengisi kekosongan dengan hal yang positif dan harus memberi kesempatan kepada generasi penerusnya. Tetapi walaupun si aku sudah mempercayakan kekosongan itu kepada generasinya, ia harus tetap ikut berjuang dan tetap waspada. Mari isi kekosongan dalam hidup dengan satu tekad untuk kerja keras dan menunjukkan  prestasi yang baik.


1 Klasifikasi Bentuk Puisi
1.1     Bunyi
a.       Sajak Asosiansi bentuk vokal “i”
Dan suara yang kucintai kan berhenti membelai
Dan kita nanti tiada lagi, sawan diburu
b.      Sajak Aliterasi
·           Bentuk konsonan “t”
Keduanya harus dicatat, keduanya harus dapat tempat
·           Bentuk konsonan “r”
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah!

Sajak- sajak ini berfungsi untuk memperdalam ucapan dan menimbulkan rasa (mempertegas makna dari kata- kata tersebut). Yang paling dominan adalah sajak aliterasi dengan kemunculan sebanyak 9 dengan konsonan “r” dalam 2 baris puisi.

1.2     Kata dan Kosa Kata
a.      Pemilihan kata (diksi)
·           “Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut”
Kata cahya yang sebenarnya berasal dari kata cahaya. Berfungsi untuk memperindah (imajinasi estetik).
·         “Ku pahat batu nisan sendiri dan kupagut
Kata kupagut  yang memiliki arti memeluk dengan erat ini, dalam puisi ini berfungsi untuk mewakili curahan perasaan dan pikiran.
b.        Kosa kata
·         ”Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu”
Kata bedil merupakan kosa kata yang menggunakan bahasa sehari- hari yang artinya senjata (salah satu alat perang).


1.3     Citraan
Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,
               (Kinaesthetic imagery)
Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut,
 (Visual imagery)
Dan suara yang kucintai kan berhenti membelai
                                    (Kinaesthetic imagery)
Ku pahat batu nisan sendiri dan kupagut
          (Kinaesthetic imagery)
Kita – anjing diburu – hanya melihat sebagian sandiwara
sekarang                           (Visual imagery)
Tidak tahu Romeo & Yuliet berpeluk di kubur atau di ranjang
                                            (Kinaesthetic imagery)
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
             (Kinaesthetic imagery)
Keduanya harus dicatat, keduanya dapat tempat.
(Kinaesthethic imagery)


Dan kita nanti tiada lagi sawan diburu
                 (Kinaesthethic imagery)
Jika bedil sudah disimpan, Cuma kenangan berdebu
                 (Kinaesthetic imagery)
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat,
                    (Kinaesthetic imagery)
Karena itu jangan mengerdip, tetap dan penamu asah,
                      (Kinaesthetic imagery)
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit
basah!                                   (Tactual imagery)

1.4     Simbol
a.                  Tangan
melambangkan
kekuatan
b.                 Batu nisan
melambangkan
kematian
c.                  Anjing diburu
melambangkan
ketakutan
d.                 Romeo dan Yuliet
melambangkan
hidup seperti sandiwara
e.                  Bedil
melambangkan
peperangan
f.                  Penamu
melambangkan
terus berkarya
g.                 Kertas gersang
melambangkan
kekosongan
 






1.5     Baris
Enjamblement
·         Kita – anjing diburu – hanya melihat sebagian sandiwara  
                                                                                   sekarang
·        
Tulis karena kertas gerdang, tenggorakan kering sedikit demi sedikit mau
                                                                                                                basah!

1.6     Gaya Bahasa
a.    Pada baris : ”Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai” menggunakan majas perbandingan sinekdoki pars pro toto (menyebutkan untuk keseluruhan) yaitu “tangan” untuk menyatakan keseluruhan diri si aku yang jemu terkulai menggambarkan si aku tak berdaya lagi. Dipergunakan itu karena tangan itu merupakan pusat kekuatan bekerja. Jika tangan terkulai berarti orang sudah tidak dapat bekerja dan berusaha lagi.
b.    Pada baris : “Dan suara yang kucintai kan berhenti membelai” juga merupakan majas perbandingan sinekdoki pars pro toto menyatakan orang yang memiliki suara itu, yaitu orang-orang yang dicintai si aku. Orang yang dicintai si aku sangatlah berarti, sampai saat orang- orang itu menghilang, seakan si aku tidak memperoleh suatu kehidupan lagi karena si aku sangat merasa kehilangan.
c.    Retorika hiperbola “jangan mengerdip” untuk menyatakan berusaha penuh perhatian dan terus-menerus sehingga mata pun tidak berkedip.
d.   Metaforik dan hiperbolik “kertas gersang” untuk menyatakan kehidupan yang kosong dicitra-visualkan dan dikiaskan.


1.7     Tipografi
Puisi ini terdiri dari 3 bait dan mempunyai 15 baris (larik) termasuk didalamnya terdapat 2 enjamblement.

2.     Klasifikasi Isi Puisi
2.1     Nada dan Suasana
Suasana Menyedihkan
pada baris
3
”Dan suara yang kucintau kan berhenti membelai”

4
“Ku pahat batu nisan sendiri dan kupagut “

Suasana Penegangkan
pada baris
5
“Kita – anjing diburu – hanya melihat sebagian sandiwara
                                                                               sekarang”
7
“Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu”

2.2     Intension
Kita manusia adalah makhluk sosial, yang sudah di kodratkan hidup berdampingan dengan manusia lain. Akan tetapi dalam puisi ini di gambarkan secara nyata, bahwa ada saatnya kita akan hidup sendiri tanpa ada orang lain disamping kita. Mungkin itu merupakan petaka bagi setiap insan manusia karena harus merasakan kesendirian, kesepian yang teramat dalam. Apa yang dialami manusia, pada dasarnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Dan Tuhan punya rencana buat hidup kita awal sebelum kita tercipta. Tidak akan kita menghadapi perkara yang jauh dari kemampuan kita. Kita tidak boleh menyerah dan terpuruk dalam perkara yang kita hadapi.

2.3     Pesan
Suatu keberhasilan berasal dari apa yang telah kita perbuat. Tanpa adanya suatu tindakkan aktif dari kita, kita mustahil akan mendapatkan keberhasilan itu. Butuh

 suatu keinginan untuk terus berjuang. Karena dengan keinginan atau tekad yang kuat secara otomatis dalam diri kita akan muncul suatu kekuatan yang menggerakkan hati dan pikiran kita untuk terus berjuang untuk sesuatu yang  kita pertahankan atau perjuangkan.

2.4     Tema
Perjuangan

3.     Hubungan antara Bentuk dan Isi Puisi
Disini unsur bentuk dan isi puisi saling terkait atau berhubungan satu dengan yang lain. Dengan adanya unsur bentuk ini, kita dengan mudah mengerti apa isi puisi itu. Contohnya dengan kita memahami simbol dan pencitraan yang ada dalam puisi itu kita akan mengerti makna dari larik (baris) puisi tersebut atau setidaknya dapat membantu kita untuk memahami makna di balik puisi tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa antara bentuk dan isi puisi saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.





KESIMPULAN


Puisi Catetan Th. 1945 ini memiliki keunikan dalam penyampaian makna dibalik setiap kata dan kalimatnya. Kalau kita menganalisis puisi ini, mungkin satu dengan yang lain akan memiliki perbedaan. Makna dari puisi ini dapat ditinjau dari segala segi atau aspek kehidupan. Dan ada beberapa kata yang digunakan dan itu sulit untuk dimengerti apa maksud dari kata tersebut. Itulah keunikan dari puisi ini.
Nilai estetika dari puisi ini terdapat pada bunyi dan pemilihan katanya yang mempunyai kesan indah baik didengar ataupun saat dibacakan. Disamping itu puisi ini juga ada nilai moralnya, puisi ini dapat memupuk rasa nasionalisme.













1 komentar:

Anggi_Jayadi mengatakan...

Bagus. . .tq y mba atas info nya. Klo bisa sekalian ama sejarah dn tujuan dari dicptkn puisi ini.